FOMO Dorong Gaya Hidup Konsumtif, Ancam Stabilitas Ekonomi Individu dan Masyarakat

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) muncul sebagai hasil dari perkembangan teknologi informasi dan media sosial yang pesat. FOMO merujuk pada perasaan cemas yang timbul ketika seseorang merasa tertinggal atau tidak terlibat dalam pengalaman, tren, atau kesempatan yang diikuti oleh orang lain. Perasaan ini mendorong individu untuk berpartisipasi dalam konsumsi berlebihan sebagai respons terhadap tekanan sosial yang semakin meningkat.

Fenomena FOMO berkembang pesat di kalangan masyarakat dengan adanya media sosial elektronik dan akses informasi yang terus-menerus. Banyak orang merasa perlu mengikuti tren terbaru, memiliki barang-barang mewah, dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial tertentu yang ditampilkan oleh orang lain. FOMO berhubungan erat dengan kecenderungan konsumtif yang dapat memengaruhi gaya hidup individu.

Di sisi lain, perilaku konsumtif yang dipicu oleh FOMO juga memberikan dampak langsung pada ekonomi. Pada tingkat individu, hal ini dapat menyebabkan terjeratnya seseorang dalam utang konsumtif, seperti pinjaman, kredit bank, atau bahkan pinjaman online (pinjol). Sementara itu, pada tingkat makro, perilaku konsumtif ini dapat memengaruhi tingkat inflasi, memperburuk ketimpangan sosial, dan menggoyahkan kestabilan ekonomi negara.

Baca juga:  Aceh Barat Hadapi Tantangan Berat Menurunkan Angka Kemiskinan 

FOMO bertindak sebagai pendorong utama gaya hidup konsumtif, baik secara individu maupun kelompok. Setiap individu merasa tertekan untuk membeli barang-barang atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang dianggap “harus dimiliki” atau diikuti. Tekanan sosial yang dipicu oleh media sosial memperburuk situasi ini, mendorong individu membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.

WhatsApp Image 2024 12 11 at 12.07.28
Muhammad Haiqal, S.E., M.E.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jabal Ghafur

Konsep hedonic treadmill menjelaskan bahwa individu yang terus-menerus mengejar barang atau pengalaman baru akhirnya merasa tidak puas, sehingga terjebak dalam siklus konsumsi berlebihan.

Salah satu kelompok yang paling terdampak oleh fenomena ini adalah mahasiswa. Sebagai pengguna aktif media sosial, mahasiswa menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap FOMO. Fenomena ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk kesehatan mental, pola konsumsi, dan stabilitas ekonomi pribadi.

Mahasiswa yang terpapar media sosial cenderung merasa cemas dan stres akibat perbandingan sosial yang berlebihan. Tekanan untuk mengikuti gaya hidup teman sering membuat mereka kurang percaya diri dan mengalami overthinking.

Kelompok usia 18–24 tahun, yang mencakup mayoritas mahasiswa, adalah kelompok paling terdampak oleh fenomena ini. Ketergantungan mereka pada media sosial juga berdampak pada produktivitas akademik, karena waktu belajar sering terganggu oleh fokus pada tren sosial di media sosial.

Baca juga:  Harga Sawit di Aceh Barat Naik Tipis

Dampak pada Keuangan
Peningkatan konsumsi yang didorong oleh FOMO dapat menyebabkan ketidakseimbangan finansial individu. Pengeluaran berlebihan sering kali tidak disertai perencanaan keuangan yang matang, sehingga berpotensi menambah utang konsumsi. Ketergantungan pada kredit atau pinjaman untuk mendanai gaya hidup konsumtif juga meningkatkan risiko kebangkrutan individu.

Pada tingkat makro, tren gaya hidup konsumtif yang didorong oleh FOMO dapat memperburuk ketimpangan sosial dan menambah tingkat inflasi. Konsumsi berlebihan menciptakan ketergantungan pada pengeluaran yang tidak produktif, memperburuk rasio tabungan, dan mengurangi investasi pada sektor produktif.

Solusi untuk Mengurangi Dampak FOMO
FOMO dapat memengaruhi gaya hidup individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan, mengarah pada perilaku konsumtif yang berlebihan. Pada akhirnya, hal ini berpotensi merusak stabilitas ekonomi individu maupun kolektif. Oleh karena itu, diperlukan perhatian lebih pada literasi keuangan dan kebijakan untuk membantu individu mengelola keinginan konsumsi yang tidak terkendali.

Baca juga:  Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Harus Jadi Fokus Pemimpin Aceh ke Depan

Pendidikan literasi keuangan dan pemahaman tentang dampak sosial dari konsumsi berlebihan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih stabil secara ekonomi. Selain itu, penting untuk memprioritaskan kebutuhan di atas keinginan, serta mengembangkan kesadaran diri untuk mengurangi tekanan sosial.

Membatasi waktu penggunaan media sosial juga dapat membantu individu mengelola waktu dan fokus pada hal-hal yang lebih bermanfaat. Dalam konteks ini, konsep maslahah dalam ekonomi Islam, yang menekankan konsumsi berorientasi pada kesejahteraan jangka panjang, dapat menjadi panduan bagi individu untuk membuat keputusan keuangan yang lebih bijak.

Fenomena FOMO merupakan tantangan besar yang memengaruhi gaya hidup dan stabilitas ekonomi, baik pada tingkat individu maupun masyarakat. Namun, dengan pendekatan yang tepat, dampak negatif FOMO dapat diminimalkan.

Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan dan fokus pada pengembangan diri, setiap individu dapat menciptakan kehidupan yang lebih seimbang, baik secara emosional maupun finansial.

Penulis Muhammad Haiqal, S.E., M.E.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jabal Ghafur, Pidie.

Editor:

Bagikan berita:

Popular

Berita lainnya

Pemerintah Siap Terapkan Biodiesel B40 untuk Mengurangi Ketergantungan Energi Fosil

Bisnisia.id | Jakarta — Pemerintah Indonesia terus memperkuat kebijakan...

Wakil Presiden RI Resmikan Green Building BSI Aceh

BISNISKITA.ID | BANDA ACEH - Wakil Presiden KH.Ma'ruf Amin...

Abu Razak: Insya Allah Mualem-Dek Fadh akan Membawa Perubahan Bagi Bangsa Aceh

Bisnisia.id | Banda Aceh – Di bawah kepemimpinan Gubernur-Wakil...

Pengunjung Apresiasi Penyediaan Water Station di Arena PKA-8

Bisniskita.id | Banda Aceh - Pekan Kebudayaan Aceh (PKA)...

Swasembada Energi, Indonesia Manfaatkan Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit

Bisnisia.id | Jakarta – Presiden Prabowo Subianto menyatakan komitmen...

Mualem Ancam Tutup Tambang yang Tidak Taat Aturan

Bisnisia.id | Banda Aceh - Calon Gubernur Aceh Muzakir...

10 Tips Memulai Usaha untuk Milenial

Bagi kaum milenial yag ingin membuka usaha, ini tips...

Pertamina Prediksi Kenaikan Konsumsi BBM di Aceh Saat Libur Natal dan Tahun Baru

Bisnisia.id | Banda Aceh – PT Pertamina Patra Niaga...

Yandex Tertarik Kembangkan Ekosistem Digital Indonesia Fokus pada AI dan Pusat Data

Bisnisia.id | Jakarta – Indonesia semakin menarik perhatian raksasa...

Tom Lembong: Potensi Agrikultur Aceh Harus Didukung dengan Infrastruktur dan SDM Berkualitas

BISNISIA.ID - Mantan Menteri Perdagangan yang juga merupakan politikus,...

Kemenperin Fasilitasi 46 IKM Perluas Akses Pasar Ekspor

Bisniskita.id | Jakarta - Kementerian Perindustrian aktif memfasilitasi pelaku...

Ekonomi Aceh Tumbuh karena PON, tetapi Bersifat Sementara dan Daya Beli Warga Tetap Lemah

Bisnisia.id| Banda Aceh — Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI...

Harga Minyak Sawit Mentah (CPO) Diprediksi Naik, Produksi Stagnan dan Ekspor Menurun

Bisnisia.id | Jakarta – Harga minyak sawit mentah (CPO)...

Tekan Inflasi, Pemkab Aceh Besar  Gelar Pasar Khusus 

BISNISKITA.ID | Jantho - Dalam rangka menekan inflasi, Pemerintah...

Barberman Asal Aceh Wakili Indonesia di Barber Battle Asia

Bisniskita.id | Banda Aceh - Barberman asal Aceh, Muhammad...

Kejagung Tetapkan Direktur Anggaran Kemenkeu sebagai Tersangka Baru Kasus Korupsi Jiwasraya

Bisnisia.id | Jakarta – Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan Direktur...

Pilkada Banda Aceh, Kembalinya Illiza ke Balai Kota

Bunda menyala! Itu kosa kata yang paling tepat untuk merespons...