Banda Aceh, Bisnisia.id – Provinsi Aceh diperkirakan kehilangan potensi pendapatan hingga Rp372 miliar per tahun akibat ekspor crude palm oil (CPO) yang masih dilakukan melalui pelabuhan di Sumatera Utara.
Kepala Kanwil Bea dan Cukai Aceh, Safuadi, menyebutkan bahwa angka tersebut berasal dari tingginya biaya logistik pengangkutan CPO dari Aceh ke Medan via jalur darat.
“Biaya angkut CPO dari Aceh ke Sumut mencapai Rp400 ribu per ton, sementara sekitar 930 ribu ton dikirimkan lewat darat setiap tahunnya. Ini berarti ada dana sebesar Rp372 miliar yang mengalir keluar Aceh,” ungkap Safuadi dalam keterangannya, Rabu (23/4/2025) seperti dilansir aceh.tribunews.com.
Kerugian ini belum termasuk dampak kerusakan jalan nasional akibat lalu lintas lebih dari 26 ribu truk berat per tahun. Selain itu, Aceh juga kehilangan potensi dana bagi hasil (DBH) bea keluar yang selama ini dinikmati provinsi lain.
Menurut data Distanbun Aceh per Oktober 2024, produksi CPO Aceh sudah mencapai 1 juta ton per tahun, namun hanya sekitar 70 ribu ton yang diekspor dari pelabuhan lokal seperti Krueng Geukuh dan Calang.
“Setiap kali ekspor dilakukan dari luar Aceh, pengusaha CPO harus menanggung biaya tambahan sekitar Rp2,4 miliar per kapal,” ujar Safuadi.
Ia menilai, pembangunan pelabuhan ekspor yang representatif di Aceh menjadi kebutuhan mendesak. Berdasarkan kajian Kemenkeu dan Dishub Aceh, dibutuhkan investasi sekitar Rp700 miliar untuk memodernisasi Pelabuhan Krueng Geukuh, termasuk pembangunan tangki 40.000 m³ dan pendalaman alur.
Dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), pembangunan ini ditargetkan balik modal dalam 7–8 tahun dan menghasilkan retribusi bongkar muat senilai Rp40 miliar per tahun.
Lebih jauh, keberadaan pelabuhan ekspor diyakini akan mengerek harga tandan buah segar (TBS) petani hingga Rp150 per kilogram, membuka peluang hilirisasi industri sawit, dan menyerap ribuan tenaga kerja lokal di berbagai sektor.
Safuadi juga mendorong pengembangan pelabuhan lain seperti Calang, Meulaboh, Surin (Abdya), dan Singkil untuk memperkuat simpul logistik Aceh.
“Tanpa pelabuhan ekspor, Aceh akan terus kehilangan potensi ratusan miliar rupiah tiap tahun. Sebaliknya, jika dikelola serius, dermaga ekspor CPO bisa menjadi pintu masuk transformasi ekonomi Aceh,” pungkasnya.