Bisnisia.id | Banda Aceh – Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Syiah Kuala (USK), Prof. Mukhlis Yunus mengatakan bahwa pembangunan pabrik minyak goreng kelapa sawit di Aceh dapat secara signifikan meningkatkan nilai tambah bagi para petani kelapa sawit.
Dalam penjelasannya, dia mengatakan bahwa adanya pabrik lokal sangat penting untuk mengatasi disparitas harga antara sawit mentah dan minyak goreng yang selama ini lebih menguntungkan pihak luar daerah.
“Tanpa pabrik yang mendukung, hasil panen sawit petani akan terus dimanfaatkan oleh pihak di luar, menyebabkan keuntungan tidak kembali kepada masyarakat lokal,” ujar Prof. Mukhlis, Kamis (31/10/2024).
Dia menambahkan bahwa dukungan pemerintah dalam mendirikan pabrik minyak sawit akan memungkinkan petani menikmati keuntungan yang lebih besar dari hasil pertanian mereka.
baca juga: Komitmen Pemerintah dan PT PEMA Membangun Pabrik Minyak Goreng di Aceh Diragukan
Prof. Mukhlis juga menekankan perlunya regulasi yang mendukung operasional pabrik dan mendorong kolaborasi antara petani dan perusahaan.

“Diperlukan sistem penampungan hasil panen yang efisien agar petani tidak harus menunggu lama untuk mendapatkan harga yang baik,” katanya.
Keterlibatan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), menurutnya, juga krusial untuk memastikan penampungan dan pengolahan hasil sawit berjalan dengan baik. “Pemerintah harus berperan aktif agar petani bisa berdaya saing dan lebih produktif,” tambahnya.
Lebih lanjut, Prof. Mukhlis menekankan bahwa strategi pengembangan industri minyak goreng harus memperhatikan kapasitas dan kemampuan masing-masing petani.
“Pola usaha dan proses operasi harus disinergikan, tetapi tetap harus transparan agar tidak merugikan petani,” jelasnya.
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Safrizal, menegaskan komitmen Pemerintah Aceh untuk memfasilitasi pendirian pabrik minyak goreng guna mengoptimalkan potensi sawit dan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Kami mendukung penuh rencana pendirian pabrik minyak goreng ini. Dengan hilirisasi sawit, diharapkan nilai tambah produk sawit Aceh meningkat,” ujarnya, Selasa (29/10/2024).
Baca juga: Gubernur Aceh Buka Pintu untuk Investasi Pabrik Minyak Goreng
Pemerintah juga berfokus pada meminimalkan hambatan birokrasi, termasuk percepatan perizinan dan analisis dampak lingkungan (Amdal).
Selain itu, evaluasi harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit dilakukan setiap tiga bulan untuk menjaga kestabilan harga. “Stabilitas harga ini penting untuk menjaga kelangsungan sektor sawit di Aceh,” tambah Safrizal.
Dengan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan petani, ia optimis pabrik minyak goreng akan segera terwujud dan memberikan manfaat langsung bagi petani di Aceh.