Bisnisia.id| Aceh Tengah –Di era modern, promosi kebudayaan suatu daerah membutuhkan sentuhan inovasi tanpa melupakan orisinalitas. Hal ini ditekankan oleh Pj Ketua Dekranasda Aceh, Safriati, dalam acara Cerak Senye Desember Kopi Gayo, yang digelar Jumat (29/11) di Galeri Kopi Indonesia, di Aceh Tengah.
“Kreasi dan inovasi sangat dibutuhkan dalam memperkenalkan budaya suatu daerah. Namun, menjaga orisinalitas kebudayaan adalah hal yang jauh lebih penting,” ujar Safriati dalam dialog yang menjadi bagian dari rangkaian acara tersebut.
Acara ini juga diramaikan dengan Dialog Sengkewe Forum Beru Gayo, pembacaan puisi, dan pertunjukan musik bertema kopi, sebagai pra-event menuju puncak acara Desember Kopi Gayo yang akan berlangsung di Bener Meriah pada Sabtu (30/11).
Safriati, yang akrab disapa Kak Nana, menekankan bahwa kegiatan seperti Desember Kopi Gayo menjadi momen strategis untuk memperkenalkan adat dan budaya Dataran Tinggi Gayo ke khalayak luas. Ia juga menyoroti keberhasilan Tari Ratoh Jaroe dan Tari Saman yang telah diterima dengan baik bahkan di luar Aceh.
“Beberapa waktu lalu, saya menghadiri Festival Ratoh Jaroe di Taman Mini Indonesia Indah. Pesertanya adalah siswa dari ratusan sekolah di Jabodetabek. Tari dari ujung barat Indonesia ini dilestarikan, ditarikan, bahkan diperlombakan di Ibu Kota negara,” jelasnya.
Safriati mengungkapkan bahwa apresiasi dari masyarakat luar Aceh terhadap seni dan budaya Aceh seharusnya menjadi motivasi untuk lebih melestarikan kekayaan budaya di daerah sendiri.
“Saya telah berbicara dengan Kadisbudpar Aceh agar Tari Ratoh Jaroe, Tari Saman, serta budaya Aceh lainnya dijadikan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah di Aceh. Ini langkah penting untuk menjaga budaya dan tradisi kita,” tambahnya.
Tari Saman, yang diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia pada 2011, serta Tari Ratoh Jaroe yang memukau dunia dalam pembukaan Asian Games 2018, menjadi bukti bahwa budaya Aceh memiliki daya tarik global.
“Masyarakat luas kini mulai mencintai dan turut melestarikan budaya kita. Namun, kita harus berbuat lebih banyak untuk memastikan budaya ini tetap hidup di tanah asalnya,” tegasnya.
Acara Cerak Senye turut dihadiri oleh Pj Ketua Dekranasda Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Bener Meriah, bersama dengan komunitas Forum Beru Gayo, aktivis perempuan, sastrawan, serta Duta Wisata. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga sarana memperkuat promosi budaya Gayo melalui ide-ide inovatif.
“Dengan inovasi dan kreasi, kita bisa memperkenalkan budaya Gayo dan Aceh secara lebih luas, menarik perhatian masyarakat untuk mengenal tradisi yang kita miliki,” tutup Safriati.
Acara puncak Desember Kopi Gayo diharapkan menjadi momentum untuk menggali dan mempromosikan potensi budaya, seni, dan tradisi dari Dataran Tinggi Gayo ke tingkat nasional maupun internasional. []