Bisnisia.id | Banda Aceh – Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Provinsi Aceh menyarankan pemerintah Aceh untuk menyiapkan infrastruktur penunjang guna meningkatkan aktivitas bisnis dan menarik lebih banyak investasi ke daerah tersebut.
“Kami menyarankan pemerintah daerah dan rekan-rekan di DPRA Aceh fokus pada pengembangan infrastruktur penunjang bisnis. Pemerintah dapat memberikan insentif yang diarahkan ke sektor ini,” ujar Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Aceh, Safuadi, melalui siaran pers, Senin (20/1/2025).
Menurutnya, saat ini infrastruktur pendukung di Aceh belum memadai, sehingga aktivitas bisnis belum berjalan secara optimal. Ia menegaskan, penyediaan fasilitas tersebut tidak dapat sepenuhnya dibebankan kepada para pengusaha.
Pelabuhan dan Bandara Masih Kurang Memadai
Safuadi mencontohkan Pelabuhan Malahayati di Aceh Besar, yang hanya memiliki kedalaman sekitar 6-8 meter. Akibatnya, pelabuhan ini hanya dapat disandari oleh kapal bermuatan maksimal 30 ribu ton. Padahal, kapal kargo modern rata-rata memiliki kapasitas di atas 50 ribu ton.
“Kapal-kapal besar tidak bisa merapat di Pelabuhan Malahayati. Seharusnya, kedalamannya ditingkatkan menjadi 14 meter agar kapal bisnis berkapasitas 50 ribu ton dapat masuk. Jika kapal tidak bisa datang, otomatis aktivitas bisnis juga terhambat,” jelasnya.
Selain itu, Bandara Syekh Hamzah Fansyuri yang memiliki panjang landasan 1.400 meter dinilai perlu diperpanjang hingga 2.500 meter. Hal ini memungkinkan pengangkutan komoditas produktif dari Aceh langsung ke negara tujuan.
Bandara Lasikin di Simeulue dengan panjang landasan 1.710 meter juga membutuhkan pengembangan serupa. Meskipun memerlukan upaya seperti pemotongan bukit di sekitar lokasi, perpanjangan landasan menjadi 2.500 meter akan memungkinkan pengangkutan hasil laut seperti lobster dan ikan segar langsung ke pasar internasional, seperti Jepang dan Uni Emirat Arab.
Fokus pada Pengangkutan Barang
Safuadi juga menyoroti perlunya optimalisasi pemanfaatan bandara di Aceh yang tidak hanya berfokus pada transportasi penumpang, tetapi juga pada pengangkutan barang.
“Industri dan ekonomi akan tumbuh jika ada pergerakan barang, uang, dokumen, orang, dan pasar. Kelima faktor ini harus berjalan bersama untuk mendorong aktivitas ekonomi,” tambahnya.
Sinergitas Pemerintah, Akademisi, dan Pengusaha
Ia menekankan pentingnya sinergitas antara pemerintah, akademisi, dan pengusaha untuk membangun ekonomi Aceh.
“Ketiga pihak ini harus saling bekerja sama. Jika salah satu pihak tidak berperan, konektivitas akan terputus dan Aceh sulit untuk bangkit,” tegas Safuadi.
Pemerintah Aceh diharapkan segera mengambil langkah nyata dengan menyediakan infrastruktur penunjang bisnis, sehingga roda perekonomian dapat berjalan lebih lancar tanpa membebani para investor.