Bisnisia.id | Banda Aceh – Meskipun Aceh dikenal memiliki kekayaan alam yang melimpah, tantangan besar masih dihadapi dalam hal pengolahan pasca panen yang memadai.
Hal ini menjadi salah satu topik utama dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema “Hilirisasi Agroindustri untuk Memperkuat Ketahanan Pangan Menuju Aceh Emas 2045” yang dibuka oleh Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Muhammad Diwarsyah, di Hermes Palace Hotel, Senin (2/12/2024).
Diwarsyah dalam sambutannya menekankan pentingnya hilirisasi agroindustri sebagai solusi untuk mengoptimalkan potensi komoditas lokal Aceh dan mendorong ketahanan pangan.
“Aceh kaya akan sumber daya alam seperti kelapa sawit, kopi, kakao, kelapa, tebu, minyak atsiri, dan hasil laut. Namun, pengelolaan yang belum optimal dan minimnya pengolahan pasca panen membuat Aceh belum sepenuhnya mendapatkan nilai tambah dari komoditas-komoditas tersebut,” ujar Diwarsyah.

Menurut Sekda, Aceh memiliki potensi besar untuk mengembangkan produk hilir yang bernilai tinggi, tetapi untuk itu diperlukan upaya lebih serius dalam pengolahan pasca panen. Saat ini, sebagian besar komoditas unggulan Aceh, seperti kelapa sawit dan kopi, masih diekspor dalam bentuk bahan mentah tanpa melalui proses pengolahan yang bisa meningkatkan nilainya.
Sekda juga menyebutkan bahwa meskipun sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh, sektor industri di Aceh masih tertinggal. Pada 2022, kontribusi sektor industri hanya mencapai 4,19%, jauh di bawah potensi yang bisa dicapai jika produk-produk hilir dikembangkan secara maksimal.
“Keberhasilan sektor kelapa sawit yang menyumbang 20,1% terhadap pendapatan rumah tangga Aceh dan menyerap 1,3 juta tenaga kerja harus dijaga, namun kita juga harus mengalihkan fokus pada pengolahan hilir agar hasilnya tidak hanya dinikmati dalam bentuk bahan mentah, melainkan produk-produk bernilai tambah yang dapat memperkuat ekonomi daerah,” lanjut Diwarsyah.

Dalam upaya mempercepat hilirisasi agroindustri, pemerintah Aceh berkomitmen untuk memperkuat infrastruktur, meningkatkan konektivitas antar daerah, dan mengembangkan sumber daya manusia yang siap bekerja di sektor agroindustri. Selain itu, pertemuan FGD ini diharapkan dapat merumuskan kebijakan yang mendukung percepatan hilirisasi dan menciptakan ekosistem investasi yang kondusif.
“Membangun ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi Aceh memerlukan kerja sama yang solid antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Hanya dengan sinergi yang kuat, kita dapat mewujudkan visi Aceh Emas 2045, di mana Aceh memiliki ekonomi yang mandiri dan berdaya saing,” tegas Muhammad Diwarsyah.
Sekda berharap, melalui langkah-langkah strategis yang akan dirumuskan dalam pertemuan ini, Aceh dapat meningkatkan kapasitasnya dalam mengelola dan mengolah komoditas lokal, yang pada akhirnya akan memperkuat ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat Aceh.