Teh Rumput Laut Aceh Barat yang Mendunia

0 dari 5

Di pesisir pantai Lhok Bubon, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat, terdapat sebuah usaha yang memanfaatkan kekayaan laut sebagai produk unggulan khas daerah. Usaha bernama Nirwana Caffe, milik pasangan suami istri Cut Sri Wahyuni dan Khairuddin, telah berhasil mencuri perhatian, baik di dalam negeri hingga mancanegara, dengan inovasi produk teh rumput laut.

Nirwana Caffe, yang buka dari pagi hingga malam, telah menjadi destinasi favorit bagi wisatawan luar Aceh Barat. Selain menyediakan teh, menu lain seperti kelapa rumput laut dingin dan kopi rumput laut juga menjadi andalan. Namun, produk unggulan mereka, yaitu teh rumput laut, memiliki daya tarik tersendiri berkat manfaat kesehatannya.

Teh Rumput Laut produksi Nirwana Caffe di Kabupaten Aceh Barat. Foto Bisnisia.id/Shinta Rizki Amanda
Teh Rumput Laut produksi Nirwana Caffe di Kabupaten Aceh Barat. Foto Bisnisia.id/Shinta Rizki Amanda

Baca juga: Bank Aceh Meulaboh Topang Ekonomi Lokal Melalui Pembiayaan Inklusif

Pantai Lhok Bubon dikenal dengan kekayaan rumput lautnya, terutama jenis rumput laut coklat, yang tumbuh subur di antara karang-karang dangkal. Melihat potensi ini, Mohamad Gazali, seorang dosen Universitas Teuku Umar, menyarankan pasangan Cut Sri Wahyuni dan Khairuddin untuk mengolah rumput laut menjadi minuman kesehatan.

 

Hasilnya, teh rumput laut ini diklaim memiliki khasiat untuk membantu pengobatan kanker payudara, kolesterol, penyakit jantung, dan beberapa penyakit lainnya. Produk ini diracik dari bahan utama berupa rumput laut coklat yang dikeringkan dengan cara khusus agar tidak kehilangan khasiatnya.

Rumput laut kering tersebut kemudian di blender jadi bubuk dicampur bubuknya 70% dengan rempah-rempah seperti ekstrak biji ketumbar 15%, kayu manis 15%, dan kayu bajakah asal Kalimantan, yang menambah khasiat sekaligus memberikan warna alami merah pada teh.

Produk ini dijual dengan harga yang sangat terjangkau; Rp20.000 per kotak untuk pembelian teh, Rp5.000 per gelas jika diminum di tempat.

Kelapa rumput laut dingin dijual Rp10.000 per gelas, dan kopi rumput laut Rp5.000 per gelas.

Namun, keterbatasan alat produksi membuat Nirwana Caffe hanya mampu menghasilkan 50 kotak teh per bulan. Padahal, permintaan untuk produk ini terus meningkat, bahkan mencapai pasar internasional seperti Dubai, yang meminta pengiriman hingga 1 ton teh setiap bulan.

Meski memiliki potensi besar, produksi teh rumput laut menghadapi tantangan besar dalam memenuhi permintaan pasar. Salah satu kendala utamanya adalah tidak adanya rumah produksi dan rumah pengeringan rumput laut.

“Kami tidak sanggup untuk membuat rumah produksi karena biayanya sangat besar. Kami berharap pemerintah dapat membantu, minimal dengan menyediakan rumah pengeringan rumput laut agar produksi bisa ditingkatkan,” ujar Cut Sri Wahyuni.

Menurutnya, jika kendala ini teratasi, produksi teh dapat meningkat hingga berton-ton per bulan. Hal ini juga dapat membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar dan mendukung peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Aceh Barat.

Baca juga: Hassa Ramen Hadirkan Robot Pelayan Pertama di Banda Aceh

Untuk menjaga keunikan dan kualitas produk, Cut Sri Wahyuni telah mendaftarkan hak paten, izin usaha berbasis risiko, dan sertifikat halal untuk Teh Rumput Laut. Saat ini, mereka juga tengah mengupayakan sertifikasi BPOM.

Namun, tanpa rumah produksi, langkah ini sulit diwujudkan. “Kami hanya bekerja sendiri karena keterbatasan tenaga kerja dan alat,” tambahnya.

Sementara itu, Khairuddin, sang suami, mengungkapkan bahwa mereka sedang menghitung jumlah produksi optimal per karung rumput laut. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah nantinya mereka bisa menggaji pekerja tambahan.

“Banyak yang ingin bekerja sama, termasuk beberapa jaringan ritel besar. Namun, harga yang mereka tawarkan terlalu rendah, tidak sebanding dengan biaya produksi. Kami juga khawatir tidak mampu memenuhi permintaan mereka karena keterbatasan alat dan rumah produksi,” ungkapnya.

Dinas Perdagangan setempat telah memberikan bantuan berupa mesin penggiling teh. Namun, bantuan ini masih belum cukup untuk meningkatkan skala produksi. Pasangan ini berharap dukungan lebih besar dari Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Barat agar teh rumput laut bisa berkembang menjadi industri besar yang menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan asli daerah.

“Jika ini diperhatikan dengan baik, teh rumput laut dapat menjadi industri besar yang mengangkat ekonomi masyarakat lokal dan meningkatkan citra Aceh Barat di mata dunia,” pungkas Cut Sri Wahyuni.

Dengan keunikan dan potensi besar yang dimiliki, UMKM ini siap menjadi simbol inovasi dari Aceh Barat, menjadikan rumput laut bukan hanya hasil kekayaan alam, tetapi juga sumber kesejahteraan masyarakat Aceh Barat.

Teh Rumput Laut produksi Nirwana Caffe di Kabupaten Aceh Barat. Foto Bisnisia.id/Shinta Rizki Amanda
Teh Rumput Laut Aceh Barat

Penulis